Di
Eropa Selama Pada abad pertengahan, selain air putih satu-satunya minuman
pilihan adalah alcohol. Perancis dan daerah lainnya yang banyak ditumbuhi buah
anggur, minuman yang paling dominan adalah wine yaitu air
sulingan dari anggur. Sedangkan bir dan ale lebih populer di wilayah bagian
utara jauh.
Meminum
air putih sangat jarang dilakukan masyarakat saat itu, karena mereka yakini
bahwa alkohol jauh lebih bersih daripada air putih dan alkohol juga dianggap
lebih bisa mengenyangkan. Sementara mereka tetap sadari bahwa akibat dari
alkohol ini adalah membuat masyarakat Eropa yang sering teler atau mabuk bahkan
tidak jarang berakibat kepada perlakuan perlakuan yang tidak terkontrol.
Pertengangan
tahun 1400-an di Yaman, sebuah minuman baru yang terbuat dari biji kopi sedikit
demi sedikit mulai populer. Masyarakat Yaman saat itu memanggang biji kopi,
kemudian merebusnya untuk menghasilkan minuman yang kaya kafein, sebuah
stimulan yang menyebabkan tubuh memiliki lebih banyak energi dan otak menjadi
berfikir lebih jernih.
Pada
tahun 1400 dan 1500 an, kopi mulai tersebar luas di seluruh masyarakat Muslim,
dan warung warung kopi mulai bermunculan di kota-kota besar dan menjadi tempat
tempat kongkrong yang populer sebagai tempat bersosialisasi, berkenalan dan
berinteraksi dengan orang orang lain.
Kemudian
pada tahun 1600an, warung warung kopi mulai menyebar ke Eropa juga. Namun awalnya
banyak berhadapan dengan tantangan tantangan dari masyarakat Kristen ropa, karena
kopi dianggap "minuman Islam"
Lambat laun Warung kopi menjadi "pusat Pencerahan" terutama di Perancis. Padahal masyarakat Eropa sebelumnya sudah terbiasa dengan minuman alkohol, dan sekarang mereka bertemu di warung warung kopi tempat mereka membahas filsafat, pemerintahan, politik dan ide-ide lain yang menjadi pilar pencerahan. Filsuf Pencerahan Perancis seperti Diderot, Voltaire, Roussesau adalah pelanggan tetap di warung kopi Paris.
Andaikan bukan karena minuman ini yang berasal dari negeri-negeri Islam, Eropa mungkin saja tidak pernah memiliki pencerahan, karena para filsuf tidak akan pernah saling bertemu untuk mendiskusikan ide-ide, atau memiliki kejernihan mental (karena sebelumnya tenggelam dalam alkohol) untuk dapat berfikir filosofis.
Lambat laun Warung kopi menjadi "pusat Pencerahan" terutama di Perancis. Padahal masyarakat Eropa sebelumnya sudah terbiasa dengan minuman alkohol, dan sekarang mereka bertemu di warung warung kopi tempat mereka membahas filsafat, pemerintahan, politik dan ide-ide lain yang menjadi pilar pencerahan. Filsuf Pencerahan Perancis seperti Diderot, Voltaire, Roussesau adalah pelanggan tetap di warung kopi Paris.
Andaikan bukan karena minuman ini yang berasal dari negeri-negeri Islam, Eropa mungkin saja tidak pernah memiliki pencerahan, karena para filsuf tidak akan pernah saling bertemu untuk mendiskusikan ide-ide, atau memiliki kejernihan mental (karena sebelumnya tenggelam dalam alkohol) untuk dapat berfikir filosofis.
Asal Kata Kopi
Kata
kopi sendiri berasal dari bahasa Arab: قهوة qahwah yang berarti kekuatan,
karena pada mulanya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata
qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa
Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan
kata koffie segera diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi yang
dikenal saat ini.
Sumber: Lost Islamic History & Wikipedia
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar